Judul buku : Heart
Penulis : Ninit Yunita
Skenario : Armantono
Desain sampul : StarVision dan Jeffri Fernando
Penerbit : Gagas Media
Tebal buku : 168 halaman
Cetakan pertama, April 2006
Sinopsis
Heart
Sejak kecil, Rachel dan Farel adalah dua sahabat yang tak terpisahkan. Rachel seorang cewek tomboy yang sedikit usil diam-diam menaruh cinta pada Farel. Sayangnya, perasaan cinta itu tidak pernah ia ungkapkan langsung pada Farel. Rachel hanya berani menuliskannya pada sebuah pohon besar dimana dia dan Farel sering bermain basket disana. Farel tidak tahu apa yang ditulis oleh Rachel karena Farel takut untuk memanjat pohon tersebut sedangkan tulisan itu letaknya cukup tinggi. Karena Farel tak berani memanjat pohon maka Rachel hanya mampu menyimpan perasaan itu rapat-rapat dalam hatinya. Sedangkan Farel, ia hanya menganggap Rachel sebagai teman atau sahabat untuk berbagi suka dan duka. Teman yang bisa merasakan banyak hal. Senang dan sedih dalam bersama. Teman yang mampu memahami perasaanya. Begitu pula pada saat dimana Farel jatuh cinta pada Luna-cewek yang lama hidupnya ditentukan oleh penyakit Sirosis dan hanya dapat ditolong melalui pendonoran hati. Sebenarnya Farel tak tahu akan keadaan Luna yang seperti itu. Hingga pada suatu pagi dimana Farel ingin mengungkapkan isi hatinya pada Luna sang peri kecil pujaannya. Farel pun mengatakan pada Luna bahwa dia sangat sayang dan mencintai Luna.Tapi apa daya, Luna menolak dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Farel meskipun sebenarnya Luna juga sangat sayang dan mencintai Farel. Dari sinilah Rachel sebagai seorang sahabat Farel mampu meyakinkan Luna untuk menerima Farel. Dia berkata pada Luna “Janganlah kamu lari dari kenyataan, Tuhan telah memberi jalan kamu dan Farel untuk ketemu. Farel sudah membuatmu tertawa, bahagia. Farel juga bisa jadi anugerah terindah buat kamu. Padahal semua itu datang disaat dimana hidup kamu sudah tak lama lagi. Farel sangat sayang kamu, jangan bikin Farel nangis karena gak salah apapun sama kamu”. Air mata Luna pun menetes mendengar perkataan dari Rachel. Sore hari setelah Rachel pergi kerumah Luna, Rachel dan Farel bermain basket seperti biasanya. Mereka bermain dengan riang hingga handphone Farel pun berbunyi. Ternyata telpon dari Luna. Tak disangka Luna menarik perkataanya pada Farel. Wajah Farel terlihat cerah secerah langit pada sore itu. Farel memanggil Rachel dan memeluknya erat dan dengan bahagia dia mengucapkan terima kasih pada Rachel.
Hari berganti hari, kemesraan antara Farel dan Luna semakin terasa hangat. Tetapi tidak bagi Rachel. Ia merasa semakin jauh dari Farel padahal dia juga sangat menyayangi dan mencintai Farel. Hingga akhirnya ia merasa marah dan kesal kepada Farel meskipun ia pernah berkata bahwa cinta itu senang melihat orang yang dicintai bahagia. Tetapi ia merasa terkadang itu berat untuk menjalaninya. Karena pikiran yang sedang kacau, hingga suatu saat setelah dari lapangan basket, Rachel berlari menangis dan tak peduli arah. Hal ini berakibat fatal. Ketika Rachel berlari, ia tak tahu ada jurang didepannya. Akhirnya ia terperosok ke dalam jurang. Saat ia jatuh, ia ditolong oleh seseorang dan membawanya ke rumah sakit. Tak disangka di rumah sakit juga ada Farel yang mengantar Luna karena disaat yang bersamaan pula penyakit Luna kambuh. Farel kebingungan bahwa peri kecilnya sakit begitu pula dengan sahabatnya yang sejak kecil selalu menemaninya juga sedang sakit. Farel pun menghampiri Rachel dan berkata padanya kalau dia pasti akan kembali menjenguknya, tetapi saat ini ia juga harus menemani Luna.
Hari berganti pagi. Tak disangka pada hari itu pula telah menanti kabar buruk. “Kaki Rachel harus diamputasi”, kata dokter. Keluarga Rachel terkejut, begitu pula dengan Farel. Dilain pihak, kabar buruk juga menimpa Luna. Kata dokter,”Tak ada harapan lagi untuk Luna kecuali ada orang yang rela mendonorkan hatinya untuk Luna”. Farel semakin kebingungan dengan keadaan yang seperti ini, hingga akhirnya Luna yang saat itu ada disampingnya berkata padanya kalau dia ingin pulang. Dokter memperbolehkannya untuk pulang meski itu beresiko.“Tapi bila dirumah akan lebih baik apa salahnya”, kata dokter. Sebelum mengantar Luna pulang, Farel kembali menjenguk Rachel.Tetapi Rachel saat itu terlihat tertidur dengan pulas. Farel pun menggenggam pelan tangan Rachel dan berbisik padanya kalau dia harus pergi dulu mengantar Luna pulang, dia sudah tak ada harapan lagi. Tinggal menunggu waktunya datang. Cuma donor hati yang bisa menyembuhkan dia. Itulah yang dikatakannya pada Rachel. Farel tak tahu sebenarnya Rachel mendengar semua perkataanya, hanya saja ia terlalu lelah untuk membuka matanya. Farel pun pergi mengantar pulang Luna.
Semakin hari keadaan Rachel semakin memburuk. Dalam keadaan yang seperti ini disaat ia tidur di malam hari, selama tiga hari dia bermimpi neneknya datang dan mengajaknya pergi. Tak tahu kenapa setelah terbangun di pagi harinya ia langsung meminta mamanya untuk manyuapinya. Mamanya langsung melonjak senang mendengarnya. Tapi setelah makan Rachel melihat sekilas cahaya putih, tak disangka itu adalah neneknya yang kembali mengajaknya pergi. Rachel meminta mamanya memberinya kertas untuk menulis surat buat Farel. Setelah menulis surat itu Rachel berpamitan pada mama dan mengatakan ia sayang sekali sama mama dan papanya dan juga Farel. Tak lama kemudian ia pun pergi meninggalkan semua orang yang disayangi dan dicintainya.
Berita duka itu langsung terdengar oleh Farel dan Luna. Farel pun langsung pergi ke pemakaman Rachel, tetapi Luna juga ingin ikut. Farel melarang Luna karena kondisi Luna masih sakit. Setelah Farel berangkat, Luna berjalan menuju ke kamarnya dan menyiapkan baju hitam yang ingin ia pakai untuk menyusul Farel. Tetapi dalam keadaan yang masih sakit, ia tak kuat untuk berjalan, tiba-tiba ia pingsan. Ketika ayah Luna pulang, ayahnya langsung terkejut melihat anaknya yang sudah terjatuh pingsan tak berdaya sementara Farel masih belum pulang. Ayah Luna langsung memberi kabar pada Farel dan ia pun langsung pergi ke rumah sakit.Wajah kecemasan menyelimuti Farel yang menunduk dan dalam hatinya ia berkata kenapa dihari yang sama terjadi hal yang seburuk itu pada dua orang terdekat dalam hidupnya. Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU dan menghampiri ayah Luna dan mengatakan suatu hal pada ayah Luna. Farel semakin bingung dan ingin segera tahu bagaimana keadaan Luna. Ternyata ada kabar baik. Ada orang yang mau mendonorkan hatinya untuk Luna. Luna pun akhirnya sembuh.
Delapan tahun setelah Rachel meninggal, banyak hal yang terjadi. Kini Farel telah menikah dengan Luna dan telah memiliki seorang anak. Suatu hari Farel dan Luna pergi menjenguk orang tua Farel di rumah. Sementara orang tua Farel dan Luna ada dirumah, ia berjalan mengitari sekeliling rumah dan menuju ketempat dimana dulu ia dan sahabat terbaiknya yang kini telah tiada, yang sering bermain bersama dengan canda tawa yang begitu terasa hangatnya. Ia teringat dengan perkataan Rachel kalau dia pernah menulis sesuatu pada pohon yang sering Rachel panjat. Dengan tekad, Farel berusaha memanjat pohon itu dan ia melihat terdapat sebuah ukiran yang pernah Rachel buat. Ternyata pada ukiran tersebut tertulis nama Farel dan Rachel dibingkai dengan gambar hati. Ia pun teringat dengan surat yang dulu pernah Rachel tulis sebelum ia pergi. Surat itu berisi bahwa sebenarnya Rachel sangat menyayangi dan mencintai Farel. Bukan sayang seorang sahabat melainkan sayang layaknya seorang perempuan kepada laki-laki. Dan tak lupa setelah mendengar perkataan Farel kalau Luna hanya dapat ditolong dengan pendonoran hati maka ia bertekad untuk mendonorkan hatinya pada Luna.Dengan hati yang ia donorkan pada Luna, itu berarti dia akan selalu ada didekatnya dan dengan cara itu pula dia ingin mengatakan satu hal kalau dia cinta dan sayang sama Farel.
0 komentar:
Posting Komentar